Aimer
Suara pecahan alat alat rumah tangga bagaikan musik yang setiap hari berdering, mulai dari piring hingga televisi. Pertengkaran mama dan papa bagaikan drama musical yang kusaksikan di sebuah teather. Teriakan adik ku bagaikan backsound pengiring drama tersebut, dan aku hanya memainkan peranku sebagai penonton. Perselingkuhan menjadi tema besar dari teather yang kusaksikan, begitu menyiksa para pemeran juga penonton. Kedamaian, kebahagian hilang sekejap, awan mendung selalu hadir ,petir pun ikut menyambar hati yang mulai basah karena air mata luka.
Mengapa tak ucap jika sudah bosan,
Mengapa tak sapa bila sudah tak cinta, Mengapa berpaling sementara harapan
masih kau janjikan. 17 tahun perjuangan mama dibayar dengan penyiksaan hati,
bahtera yang telah kokoh kau patahkan dengan gergaji nafsu, kau lubangi dengan runcingan
tajam mulutmu. Kesalahan kau benarkan, Keteguhan nafsu kau kokohkan, Kemenangan
dunia terus kau kejar hingga dunia berhenti memberimu nyawa. Tak sedikitpun
rasa iba menyapa hatimu, yang kau kenal kini hanya kebahagiaan. Lupa akan
kesengsaraan keluarga pertamamu.
Perselingkuhan itu aku ketahui 2
tahun yang lalu saat aku dan mama tak sengaja pergi ke salon dengan tujuan
memotong rambut adik ku yang sudah terlihat panjang untuk seorang anak laki
laki. Beberapa menit kemudian datanglah seorang wanita cantik dengan mendorong
kereta bayi yang kelihatannya sangat mewah, rambutnya begitu terawat, tas
branded pun ikut mewarnai tangan cantiknya, dress merah yang ia kenakan persis
seperti dress yang mama inginkan. Bukan kemewahan yang membuat bola mataku
tertuju ke arahnya, tetapi pria yang ia gandeng adalah papa ku. Air mata mama
jatuh ke tangan kiri ku ia berusaha mengusap dan tak bertindak untuk
menghampiri papa, “seperti luka lama yang sudah kering dan kini basah kembali”
itulah isyarat yang dapat kuambil dari gerakan mama. Emosi ku menggebu dan
beranjak dari tempat duduk ku namun mama menarik ku “Duri di hati akan
berjatuhan ketika melihat Kebahagiaan pada hati orang lain” Cukup mama nak.
Aku mengalah dan duduk kembali, tetapi
hati ku masih terus mencaci maki papa dan seorang wanita tersebut juga
keputusan mama yang sangat bodoh. Mengapa masih memperjuangkan cinta yang sudah
pudar, bagaikan menangkap burung yang sudah lepas dari sangkarnya. Mengapa
masih mempertahankan seseorang yang sudah milik orang lain, bagaikan membeli
baju yang pasaran modelnya. Apa karena alasan “cinta itu buta” meski ku tahu
cinta itu buta tetapi “cinta itu tidak menyiksa”. Cinta juga memberikan
kebahagiaan bukan kesengsaraan.
Aimer itulah namaku, Jika di artikan
dalam bahasa prancis maknanya adalah cinta. Kau bisa menyebutku dengan
sebutan Katniss aku lebih menyukai nama
Katniss karena aku tak lagi percaya dengan cinta sejak kejadian 2 tahun yang
lalu. Kejadian itu membuatku benci pada nama ku sendiri, juga kebencian
terhadap semua laki laki kecuali adik ku. Cinta adalah hal tabu yang hadir
dalam hidupku, aku sudah cukup bahagia dengan keluargaku tanpa perlu tambahan
orang lain lagi.
Hari ini tanggal 14 februari, Hari
dimana aku dilahirkan, Hari dimana mama mempertaruhkan nyawa untuk ku, Hari
dimana semua orang menyebutnya sebagai Hari kasih sayang, Hari penuh
kebahagiaan, Hari penuh cinta. Coklat , Es krim, Cake, Perhiasan , Bunga, atau
sekedar permen turut dibagikan kepada orang tersayang terutama pasangan untuk
merayakan Valentine day. Sayangnya tak ada minat di dalam diriku untuk ikut
serta merayakannya, karena tak ada yang berbeda dari hari tersebut. Keluarga ku
tak akan kembali utuh, Kebahagiaan telah pergi dan Awan gelap masih menyelimuti
hati.
Aktifitasku saat ini mengabdi untuk
Organisasi Perempuan, menangani kasus kasus penindasan, pelecehan, kekerasan
sampai pembunuhan. Mata dan hati semakin terbuka bahwa bukan hanya orang tua ku
yang merasakannya. Ada banyak puluhan wanita ratusan ribuan bahkan jutaan
wanita yang mengalami kesengsaran hidup karena seorang lelaki. Kebanyakan
alasan yang mendasar dari sekian banyak kasus yang aku tangani karena “Cinta
butuh pengorbanan”, Aku fikir “Sekalipun itu nyawa ?. Bagai racun yang terlarut
dalam air tak terlihat namun perlahan mematikan.
Permisi ada yang bisa dibantu…, Suara
itu terdengar sayu dan asing ditelingaku. Aku menoleh dan mendapati seorang
wanita yang tak muda lagi karena kerutannya mulai terlihat di celah senyumnya.
Seragam yang ia pakai sama sepertiku, menandakan bahwa ia pekerja baru di
organisasi ini yang beberapa hari lalu diceritakan oleh atasanku. Mata sayu
berwarna coklatnya menceritakan banyak kisah yang saat ini belum aku ketahui.
Aku dapat menilai kebaikan di dalam mata seseorang, dan ku rasa ia adalah
wanita yang baik.
Sudah berapa lama bekerja di
organisasi ini nak? Dan siapakah namamu
?, belum sempat aku menjawab pertanyaan pertama, ia sudah mengajukan pertanyaan
kedua bahkan disertai pertanyaan ketiga. Sejak lulus dari SMA aku telah aktif
di Organisasi ini, namaku Katniss ” Jawabku”. Perkenalkan nama ku Aimer Ridha.
Dalam hati ku berkata “Aimer ? Aimer? apakah aku tak salah mendengar? baru kali ini aku mendengar ada yang bernama
aimer selain aku, aku cukup tertegun mendengarnya, mungkin ini hanya kebetulan
dan bukan keajaiban”. Rasa penasaranku semakin bertambah, bukan hanya mata
sayunya yang menyimpan banyak cerita tetapi kini namanya semakin menjelaskan
kepadaku bahwa ia adalah wanita penggenggam cerita.
Bagaimana dengan keluargamu?
Pertanyaan tak sopan itu kuajukan padanya, Keluarga? Kini aku memiliki seorang
anak yang berumur 19 tahun dan aku hanya tinggal bersamanya, “jawabnya”. Sudah dapat
ku tebak nama Aimer adalah kutukan cinta, aku rasa suami nya telah pergi
meninggalkannya demi wanita cantik sama seperti hal nya ibuku. Kemana perginya
suamimu ? kembali pertanyaan tak sopan muncul dari mulutku. Suami ku telah
meninggal 2 tahun yang lalu “jawabnya”. Ternyata perkiraan ku salah “oh maafkan
aku atas pertanyaan yang tak sopan ini, kurasa aku harus segera pulang” Jawabku
lesu, Mau kah kau mendengar cerita ku ? “ia berkata”, Aku menganggukkan
kepalaku dan tak membiarkan mulut tak sopanku berbicara lagi.
Aku
sangat menyukai namaku karena dalam bahasa prancis bermakna cinta, mungkin kau
sudah mengetahuinya karena kulihat kau gadis yang cerdas, Cinta itu buta
layaknya kasih ibu terhadap seorang anak, karena ibu tak pernah perduli
bagaimanapun kondisi anaknya, ibu akan selalu mencintai dan menyayangi. Dua
puluh tahun yang lalu aku mengenal seorang pemuda bernama Phillips ia sangat
tampan, baik dan juga sopan, bola matanya yang besar bewarna Hazel kulihat menyimpan
sesuatu yang harus ku ketahui. Menikah dengannya adalah impian bagiku, istana
kecil akan segera terbangun dan “Will you marry me?” pun terucap dari mulutnya,
aku menerimanya dan aku menikah dengannya.
Sebulan
kulalui bersamanya bagaikan raja dan permaisuri di negri dongengku, sangat
tentram, nyaman meski hanya berada berdua dirumah ini karena sang pangeran
masih berada di perutku. Namun memasuki
9 bulan ia berubah menjadi monster yang tak pernah ku bayangkan
sosoknya, Kadangkala ia memukul ku dengan kayu, menampar, mejambak rambutku,
menggores tanganku dengan silet, mencekik. Bau minuman keras selalu tercium
dari mulutnya, pulang hanya dengan tangan kosong tanpa memikirkan bagaimana aku
dan bayiku. Saat itu sedih dan penyesalan memang ku rasakan, tetapi jika aku
menyerah Bagaimana nasib anak ku? Bagaimana jika ia tak mampu mengenal
kebahagiaan dalam hidupnya ?, Mungkin bisa saja saat itu aku bunuh diri dan bercerai
dengannya tetapi aku selalu ingat dengan pangeran kecilku, meski cinta sudah
pudar biarkan kasihku menumbuhkan dan memberi harapan kebahagiaan untuk satu
nyawa yang tuhan titipkan untukku. Jika dirimu tak percaya dengan cinta maka
kemungkinan hidupmu akan selalu dalam kepedihan, Hidup itu pilihan sedih atau pun
bahagia adalah milik tuhan yang dititipkan pada manusia bukan takdir buruk apalagi
kutukan dan setiap manusia berpijak pada pilihan nya, Think about it.
Selepas
saat itu pandanganku ubah terhadap cinta, aku lebih memaknai hidupku
menggunakan hatiku untuk selalu merasakan detik di setiap hidupku. Hal tabu
berubah menjadi Hal nyata yang paling kupercayai, Cinta datang dalam hidupku,
Aku merasakan indahnya hidup dalam bahtera rumah tangga. Pria yang tak begitu
tampan namun berpenampilan rapi, humoris serta sopan menjadi pilihanku, aku
percaya pada pernyataan bahwa “Cinta itu merubah segalanya”. Belajar dari
setiap kisah yang telah kudengar dan kusaksikan sebelumnya menjadikan aku
wanita yang lebih peka juga kuat, aku ingin menjadi wanita penggenggam cinta
karena namaku telah bercerita pada semua orang bahwa aku ditakdirkan untuk
menghadirkan cinta meski pada satu nyawa di dunia ini. They Call Me Aimer…